Apakah kamu pernah berpikir bagaimana teknologi bisa “merasakan” makanan seperti manusia? Tim peneliti di Penn State University baru saja mengembangkan lidah elektronik yang mampu mendeteksi perbedaan halus dalam cairan, seperti susu dengan kadar air berbeda, berbagai jenis soda, hingga kopi dan jus buah dengan tingkat kesegaran yang bervariasi. Teknologi ini tidak hanya bermanfaat untuk industri makanan, tapi juga memiliki potensi besar untuk digunakan dalam diagnosa medis.
Bagaimana Lidah Elektronik Bekerja?
Lidah elektronik ini bekerja dengan menggunakan sensor berbasis grafena yang bisa mendeteksi ion-ion kimia dalam cairan. Informasi dari sensor ini kemudian diproses oleh kecerdasan buatan (AI) yang telah dilatih untuk mengklasifikasikan dan menilai kualitas, keaslian, dan kesegaran suatu produk. Salah satu keunikan dari teknologi ini adalah AI-nya dapat memutuskan sendiri parameter apa yang paling penting untuk menghasilkan penilaian yang akurat.
Misalnya, AI bisa membedakan susu yang encer karena ditambah air, membedakan berbagai jenis soda atau kopi dari campurannya, hingga mendeteksi tanda-tanda kerusakan pada jus buah. Hasilnya? Lebih dari 95% akurasi dalam waktu kurang dari satu menit!
Peran AI dalam Lidah Elektronik
Awalnya, peneliti memberikan parameter-parameter tertentu untuk AI agar bisa menilai kualitas makanan. Namun, ketika AI diberi kebebasan untuk menilai dengan parameternya sendiri, hasilnya jauh lebih akurat. AI mampu mendeteksi hal-hal yang bahkan manusia mungkin kesulitan menjelaskan, seperti perbedaan rasa halus antara dua produk yang mirip.
Dengan menggunakan pendekatan teori permainan (game theory), para peneliti bisa “bertanya” kepada AI mengenai proses pengambilan keputusan yang dilakukannya. Ini memberi mereka pandangan lebih dalam tentang bagaimana AI bekerja dan memahami data yang diperolehnya dari sensor.
Penerapan Teknologi di Berbagai Industri
Meskipun fokus penelitian ini adalah pada keamanan pangan dan kualitas produk, teknologi lidah elektronik ini juga dapat diterapkan di bidang medis. AI dapat dilatih untuk mendeteksi tanda-tanda penyakit berdasarkan perubahan kecil dalam cairan tubuh, seperti air liur atau darah.
Selain itu, sensor yang digunakan tidak perlu sempurna, karena AI bisa menangani data dari sensor yang mungkin bervariasi setiap hari. Hal ini membuat proses produksi teknologi ini lebih mudah dan lebih murah. Seperti yang diungkapkan oleh peneliti utama, Saptarshi Das, “Alam penuh dengan ketidaksempurnaan, tetapi masih bisa membuat keputusan yang kuat, sama seperti lidah elektronik kita.”
Penutup
Teknologi lidah elektronik ini menawarkan masa depan yang menarik bagi berbagai industri. Dengan kemampuan AI untuk secara akurat menilai kualitas makanan dan potensi penggunaannya dalam diagnosa medis, teknologi ini bisa membawa perubahan besar dalam cara kita mendeteksi dan menganalisis berbagai cairan. Baik untuk memastikan keamanan makanan atau membantu diagnosis penyakit, lidah elektronik ini adalah contoh lain bagaimana AI semakin mendekati kemampuan alami manusia.