Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Dari saat kita bangun hingga tidur kembali, scrolling feed di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter menjadi aktivitas yang sulit dihentikan. Mengapa kita terus menggulung feed? Teori adiksi memberikan jawabannya.
Dopamin dan Kesenangan Instan
Ketika kita menggulung feed dan menemukan konten menarik, otak kita melepaskan dopamin, neurotransmitter yang berperan dalam memberi perasaan senang. Proses ini mirip dengan mekanisme yang terjadi dalam kebiasaan adiktif lainnya seperti merokok atau berjudi. Setiap kali kita mendapatkan “like”, komentar, atau melihat sesuatu yang menarik, kita mendapat suntikan dopamin, membuat kita ingin terus mencari kesenangan instan ini.
Sistem Reward yang Tidak Pasti
Salah satu aspek yang membuat scrolling feed begitu adiktif adalah ketidakpastian. Seperti mesin slot, kita tidak tahu kapan kita akan menemukan postingan menarik atau mendapatkan respon positif dari orang lain. Ketidakpastian ini membuat kita terus menggulung feed, berharap menemukan konten yang memuaskan keinginan kita.
Fear of Missing Out (FOMO)
Teori adiksi juga menjelaskan bahwa ketakutan akan kehilangan informasi atau momen penting (FOMO) mendorong kita untuk terus menggulung feed. Kita merasa harus selalu terhubung dan mengetahui apa yang sedang terjadi, sehingga sulit untuk menghentikan kebiasaan ini.
Desain Platform yang Adiktif
Platform media sosial dirancang untuk membuat kita betah berlama-lama. Fitur seperti infinite scroll, notifikasi push, dan konten yang dipersonalisasi semuanya dirancang untuk menjaga perhatian kita. Algoritma yang mengatur feed kita dirancang untuk menampilkan konten yang paling mungkin menarik perhatian kita, membuat kita semakin sulit untuk berhenti.
Solusi Mengatasi Adiksi Media Sosial
Menyadari bahwa scrolling feed dapat menjadi kebiasaan adiktif adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Beberapa strategi yang dapat membantu termasuk menetapkan batas waktu penggunaan media sosial, mematikan notifikasi, dan mencari aktivitas alternatif yang memberikan kesenangan dan kepuasan.
Menggulung feed di media sosial memberikan kepuasan instan yang membuat kita terus melakukannya. Dengan memahami teori adiksi di balik perilaku ini, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengelola kebiasaan tersebut dan mencari keseimbangan yang lebih sehat dalam penggunaan media sosial.